Selasa, 25 November 2008

tugas bahasa indonesia . . waloupun g bs tp yahh...lumayanlahh...hehehe

Ketika Aku Menjadi Seorang Guru

Mentari terbit di ufuk timur. Aku bangun pagi-pagi sekali. Lalu dengan penuh semangat kubangunkan ketiga adikku. Dengan penuh rasa cinta, kubuatkan sarapan untuk mereka. Ya, aku adalah anak pertama dari empat bersaudara.

Hanya aku tumpuan hidup keluargaku. Di rumah yang sederhana ini kami tinggal. Ayahku telah tiada semenjak dua tahun yang lalu. Ibuku mengidap jantung dan perlu beristitahat.

Sudah dua bulan lebih sejak kelulusan S1 di salah satu Universitas Negeri terkemuka ( karena beasiswa ), aku belum juga dapat pekerjaan. Padahal sudah tak terhitung berapa banyak lamaran pekerjaan yang sudah kukirimkan ke perusahaan-perusahaan di Jakarta. Aku bingung. Harus ke mana lagi ? Harus bagaimana lagi ? Perih rasanya melihat ibu dan adik-adikku di rumah. Kami bisa bertahan karena warisan dari almarhum bapak.

Aku pasrah. Hanya berusaha dan berserah diri padaNyalah yang aku lakukan.

Sampai pada akhirnya, tetangga di sekitar rumahku mengajakku untuk bekerja. Dia adalah seorang Guru di SMAN 5 Bekasi. Ya benar, aku ditawarinya menjadi guru bahasa Inggris. Aku bingung. Apakah pantas aku menjadi seorang guru ? Aku takut tidak bisa dan gagal mendidik mereka. Aku takut mereka akan mencemoohku lantaran usiaku yang tidak jauh dengan mereka, karena memang usiaku masih 24 tahun. Terlalu muda untuk menjadi seorang guru. Apakah mereka percaya padaku ?

Akhirnya aku bertanya dan meminta pendapat kepada ibu dan adik-adikku. Mereka semua menyerahkan keputusan itu kepadaku. Aku putuskan untuk shalat istikharah.

Keesokan harinya, akupun pergi menemui Pak Karto, tetanggaku yang waktu itu menawari pekerjaan guru. Aku menerima tawarannya. Aku siap menerima segala resiko yang nanti akan datang. Ini semua aku jalani demi keluargaku.

Hari pertamaku menjadi seorang guru sangat payah. Murid-murid sangat sulit diatur. Mereka menganggap aku tidak seperti guru. Mungkin karena penampilanku yang lebih cocok menjadi asdos dibandingkan guru. Tapi tak apalah. Aku cukup bisa mengatasinya, mudah-mudahan aku juga bisa bertahan lama menjadi guru di SMAN 5 di Bekasi yang sudah terkenal akan keborjuisannya.

Banyak hal baru yang kutemukan ketika menjadi guru. Ternyata pekerjaan ini sungguh mulia. Aku baru saja mengetahui makna dari kata Guru yang katanya adalah Pahlawan tanpa tanda jasa. Mungkin saat ini aku akan terus menjadi seorang guru. Sampai akhir hayatku, sampai aku tidak bisa memberikan ilmu lagi untuk murid-muridku tersayang.

Hari ini tepat 18 tahun aku mengajar di SMAN 5 Bekasi. Tak terasa aku sudah selama ini dan bersabar untuk tetap menjadi guru. Banyak muridku yang berhasil dan tak banyak dari mereka yang ingat jasaku Tapi bukan itu yang aku cari. Aku sudah cukup puas berhasil mendidik mereka dengan baik. Adik-adikku juga telah sukses aku selesaikan sekolahnya. Ibuku sudah wafat sejak tiga tahun yang lalu. Sedih rasanya, lagi-lagi aku kehilangan orang yang aku cintai. Ibulah yang telah memberiku motivasi selama ini. Terima kasih ibu.

Pagi ini ketika aku membuka mata dan bersiap untuk pergi mengajar seperti biasanya, aku dikejutkan oleh mantan-mantan muridku dulu. Mereka membuat pesta kecil di ruang guru tepatnya di mejaku mereka menaruhkan buket bunga besar yang sangat indah. Aku sangat terharu. Ternyata meraka sengaja membuat semua ini karena ingat ulang tahunku. Aku bangga, aku telah berhasil menjadi seorang guru. Mungkin juga meraka melakukan ini karena tahu aku akan segera meninggalkan sekolah ini. Ya, aku harus pergi ke Medan karena suamiku ditugaskan di sana.

Begitu banyak suka duka yang aku rasakan ketika menjadi guru. Aku ingin menjadi guru lagi di kota yang baru nanti. Aku ingin lagi mengajar, membimbing dan menjadi teman untuk murid-muridku nanti.

Tugasku untuk menjadi guru telah selesai, Ya, aku akan pergi meninggalkan semuanya. Selamat tinggal murid-muridku. Kepakanlah sayap kalian lebar-lebar, terbanglah kalian yang tinggi, gapailah mimpi dan anganmu. Aku, gurumu akan selalu melihat kalian.